Senin, 01 Juni 2015

PENCAK SILAT Sebagai Pendidikan & Komponen Penting Dalam Pendidikan Karakter



Bapak Menteri sedang belajar Silat ditemani Bp Walikota Yogyakarta (Tangtungan Project)
Untuk apa Silat? untuk mengolah kekuatan raga. Kuat untuk apa? untuk berbagi kepada sesama,
Untuk apa Silat? untuk mengolah kepekaan rasa. Rasa untuk apa? Untuk membangun tepa slira,
Untuk apa Silat? untuk menanamkan keberanian. Berani untuk apa?untuk mengutamakan moral.
Silat Nusantara untuk Indonesia, Silat Nusantara untuk bangun jiwa manusia.
(Whani Dharmawan & Giwang Topo)  

Lirik diatas merupakan saripati dari orasi budaya yang disampaikan oleh Mas Whani Dharmawan seorang praktisi Silat dan Aktor, beberapa waktu silam ketika diadakan Pra-Jambore Pencak Silat di Plaza Ngasem Yogyakarta tepatnya di 14 Februari 2015. Orasi itu pula yang konon membuat Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar & Menengah Bp. Anis Baswedan kepincut dan menyimak dengan saksama kalimat demi kalimat yang diutarakan. Alhasil dalam sambutannya Bapak Menteri pun mengatakan “Ada ketegasan dalam ekspresinya yang lembut, itu merasakan dengan hati bukan lambat yang artinya tidak tepat waktu” hal inilah yang menurut beliau dapat dijadikan konsep sebagai pengembangan silat di sekolah, silat misalnya dikembangkan melalui muatan lokal.
(Berita.suaramerdeka.com/smcetak/anis_dorong_jadi_pendidikan_karakter_di_sekolah)

Orasi yang disampaikan oleh Mas Whani Dharmawan dalam judul Silat Sebagai Daya Hidup Yang Menghidupi, tidak hanya menguraikan tentang nilai-nilai dari pendidikan Pencak Silat seperti kebenaran, fairplay, welas asih, keteguhan,kedisiplinan,keberanian dan persaudaraan. Tetapi penyampaian kritik juga disampaikan oleh beliau, masih banyak perguruan Pencak Silat di Indonesia masih verbal dan kuantitatif. Yang diutamakan hanyalah prestasi dan kejuaraan, yang jauh dari aplikasi nilai-nilai luhur pencak silat. Silat lebih dimaknai sebagai ilmu berkelahi atau bela raga sehingga bahasannya tidak jauh dari teknik dan praktis. Menurut Mas Whani Dharmawan, Silat adalah ilmu yang menyatukan antara pikir,rasa dan karsa, dengan kata lain Pencak Silat adalah keilmuwan yang holistik. (Bharata)
Tangtungan Project
 Terkait dengan itu tantangan ke depan bagi seluruh Perguruan / Organisasi Pencak Silat yang ada di Indonesia menurut Mas Whani adalah memperdalam kajian aplikatif antara filsafat nilai-nilai dan perilaku sehingga berjalan bersinergi. Filsafat digunakan untuk mensugesti para pesilat untuk berbuat, bertindak, bersikap lebih baik bukan justru kontra produktif, seperti halnya pemberitaan yang sering keluar di media adanya tawuran antar perguruan, atau ada perguruan yang ikut terjebak dalam politik praktis sehingga dimanfaatkan untuk kekuatan politik tertentu yang akhirnya menjadi partisipan kekerasan.
Lalu yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah silat mampu menjawab tantangan sebagai media pembinaan karakter bangsa????? Pertama harus dipahami Paradigma kehidupan saat ini sudah berubah, kehidupan modern membawa dampak terabsorbnya kebudayaan – kebudayaan asing yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya masalah-masalah sosial yang dihadapi saat ini atau sering disebut dengan krisis moral, antara lain meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi dan perusakan milik orang lain. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial saat ini dibutuhkan Pendidikan Moral / Pendidikan Karakter. Lalu apa yang disebut dengan pendidikan Karakter itu sendiri?Secara sederhana Pendidikan Karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Menurut Lickona, Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika inti. Yang dimaksud dengan nilai-nilai karakter itu sendiri meliputi : Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat / Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab.

Kedua, jika mengacu pada pada nilai-nilai karakter inti yang bertandaskan pada budaya bangsa seperti yang disampaikan di atas. Maka dengan optimis dan yakin bahwa Pencak Silat bisa digunakan sebagai media penyampaian Pendidikan Karakter yang dimaksud. Semisal nilai-nilai Religius, seluruh aliran maupun perguruan Pencak Silat dimanapun pasti mengajarkan akan sikap kepasrahan kepada Sang Khalik, hal itu diwujudkan dalam sikap awal atau dikenal sikap bukaan (Pembuka / Do’a), Kerja Keras diwujudkan oleh setiap pesilat dalam meraih gelar tingkat demi tingkat, sabuk demi sabuk dalam hal mengahargai tingkatan keilmuwan yang diperoleh setiap pesilat harus selalu menempa diri, melatih diri agar sesuai dengan tingkatan yang dimiliki, ini adalah perwujudan dari sikap tanggung jawab dalam hal menghargai atas keilmuwan yang diperoleh. Dan tentunya masih banyak lagi semisal sepeti yang diungkapkan oleh Mas Whani “Keberanian diajarkan dalam pertarungan, Fairplay diajarkan dalam sifat Ksatria, bersikap terbuka dan konsekwen, Keteguhan ada dalam makna rasa sakit. Kebenaran, berani mengaku benar apabila benar, berani meminta maaf apabila salah. Kedisiplinan diajarkan dalam ketepatan dan kecapatan.” Karakter atau moral dapat terwujud jika Konsep Moral yang akan diusung dapat diaplikasikan dalam bentuk sikap moral dan secara terus-menerus dibiasakan menjadi suatu kebiasaan (habit) dalam wujud perilaku moral. Jika dikaitkan dengan pendidikan Pencak Silat, dimana Konsep Moralnya menjadi manusia yang utuh /paripurna/ berkepribadian akan terwujud jika setiap individu-individu pesilat dari berbagai aliran maupun perguruan dapat menelaah dan mengkaji nilai-nilai filosofi yang sudah ada betul-betul dapat diaplikasikan bukan hanya sekedar pemanis untuk seluruh siswa-siswanya maka dengan demikian Silat dapat dikatakan sebagai Daya Hidup yang Menghidupi. Berikut bagan untuk menjelaskan hubungan ketiganya :
Bagan Hubungan antara Konsep, Sikap dan Perilaku Moral
 







CSR Telkomsel dalam usaha membuat Silat itu keren (Tangtungan Project)
Jika seluruh  Perguruan/Organisasi Pencak Silat dapat menjaga hubungan atau dengan kata  lain dapat mengkondisikan seperti yang disampaikan pada diagram diatas maka bukan tidak mungkin  Pencak Silat dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang efektif tentang pendidikan Karakter. Bapak Menteri Anies Baswedan mengatakan Pencak Silat adalah Budaya bangsa, dan menyimpan kekayaan budaya leluhur.  Perguruan-perguruan silat yang  ada di Indonesia adalah para penjaga tradisi dalam kesunyian, ungkap beliau ketika membuka Pra Jambore Pencak Silat.  Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut meminta kepada seluruh pihak Pemerintah, Dunia Usaha, dan Masyarakat bisa membuat silat itu keren. Bak gayung bersambut, keinginan dari Bapak Menteri Anies, dijawab oleh kelompok Kreatif dari Kota Jogjakarta yang menamakan diri Paseduluran Angkringan Silat (PAS).
Pengumuman Pemenang Gerak Komposisi Silat di Alun-Alun Sewondanan (Tangtungan Project)
 Jambore Pencak Silat 2015 pun digelar di Kota Jogjakarta dari tanggal 28 – 31 Mei 2015. Tidak kurang 7500 pesilat dari 70 Perguruan Silat  hadir, bahkan hadir juga sepuluh perguruan historis yang menjadi cikal bakal berdirinya Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ungkap Bp. Siswantoyo (Ketua IPSI Kota Yogyakarta). Berbagai acara digelar sebagai rangkaian kegiatan dan berlangsung pada beberapa tempat yaitu Alun-alun Sewondanan,Paku Alaman, Balaikota Yogyakarta, Kantor Gubernur DIY Yogyakarta dan puncaknya di Jl. Malioboro. Pada Jambore Pencak 2015 ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Ngarso Dalem Sri Sultan Hamnegku Bawono X.  Pada acara silaturrahim dengan seluruh Ketua dan Sesepuh  Organisasi / Peguruan Pencak Silat di Gedung Kepatihan, Beliau meminta kepada segenap praktisi, segera merumuskan silabus tentang materi pendidikan karakter jika benar-benar Pak Menteri Anies Bawesdan berani memasukkan Pencak Silat sebagai kurikulum pendidikan.
Sambung Rasa dengan Gubernur DIY Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Bawana X (Tangtungan Project)

Ketua & Sesepuh Organisasi/Perguruan Pencak Silat bersilaturrahim dengan Ngarso Dalem Sri Sultan HB X



Bp Menteri Anies Baswedan menikmati Pawai (Koleksi Eko)

Dalam sambutannya Bapak Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar & Menengah Anies Baswedan mengapresisasi kepada seluruh pihak yang memungkinkan teselenggaranya acara ini. Selanjutnya beliau pun mengapresiasi kepada seluruh 7500 peserta Pawai Jambore Pencak Silat sebagai para Penjaga Tradisi Bangsa. 
Bapak Menteri mengatakan jika Pencak Silat dikatakan bagian dari budaya bangsa itu adalah hal biasa (lumrah), tetapi menjadi luar biasa jika Pencak Silat dikatakan sebagai bagian dari pendidikan dan komponen penting dalam pendidikan karakter. Menurut Bapak menteri, komponen dalam pendidikan karakter ada dua yaitu Karakter Moral dan Karakter Kinerja kedua-duanya harus dibangun oleh pemuda-pemuda Indonesia. Karakter Kinerja, Pencak Silat mengajarkan kerja keras, tangguh,gigih, tak mudah menyerah dan menguasai keilmuwan secara utuh dan mendalam. Kegigihan adalah modal besar bagi pengembangan kinerja yang lain. Efektifitas sebuah jurus dihasilkan dalam kecepatan,ketepatan baru kekuatan. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan kekuatan saja maka dengan mudah akan ditaklukkan oleh mereka yang cepat dan tepat. Pelajaran ini yang harus diterapkan dalam kehidupan, perubahan-perubahan begitu cepat terjadi sehingga membutuhkan generasi yang mampu mengantisipasi perubahan dengan cepat dan mampu mengambil langkah-langkah yang taktis. Karakter moral, ada paradoks dalam silat para murid diajarakan teknik untuk memukul dan dalam waktu yang sama diajarkan pula untuk tidak boleh memukul. Artinya pencak silat tidak hanya diajari ilmu, tetapi juga pengembangan Rasa dan  tanggung jawab atas ilmu yang dimiliki. Itu yang membedakan pendidikan silat dengan pendidikan lainnya. Ini sangat erat dengan kondisi kehidupan Indonesia saat ini, banyak orang yang memiliki ilmu namun saat ini menyalahgunakan ilmunya, kapasitasnya. Mereka sering diberi amanah untuk memimpin tetapi tidak selalu bisa mengendalikan diri, tidak selalu bisa bertanggung jawab dan tidak selalu bisa amanat atas kewenangan yang diberikan. 
Jambore Pencak 2015 ajang SILATurrahim para peSILAT
Pencak silat mengajarkan kepada kita disatu sisi menngetahui ilmunya disatu sisi mengetahui dan mendalami makna bertanggung jawab atas sebuah ilmu. Ini adalah kehormatan yang diajarkan oleh Pencak Silat yang seharusnya menjadi hikmah bagi kehidupan berbangsa.
 Selanjutnya beliau menambahkan karakter yang bisa dipelajari dari Pencak Silat adalah karakter welas asih/Rahim/Kasih sayang. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai maka ia dituntut untuk semakin menunjukkan sifat welas asihnya, sikap rahim,sikap kasih sayang. Semakin menjunjung tinggi rasa keadilan tanpa terjebak pada atribut-atribut sempit dan individual.
 Ketika Indonesia sedang mengalami defisit integritas maka Pencak Silat mengajarkan Integritas, memberikan modal untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Dan sebagai penutup beliau menyampaikan apakah definisi Pendekar itu?Pendekar adalah seseorang yang paling bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya dan paling memmberikan makna bagi sekelilingnya. Urip iku Urup...
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar