Aksi Pesilat dari Persaudaraan Rumpun Setia Hati dalam Pencak 4 Jam |
Masih dalam
suasana menyambut hari kemerdekaan, 20 Agustus 2016 kemarin Monumen Serangan
Oemom (SO) 1 Maret kembali menjadi saksi keistimewaan Yogyakarta. Jika di masa
lampau Monumen SO didirikan untuk memperingati perjuangan para pahlawan dalam
meneguhkan kedaulatan NKRI, maka pada hari sabtu lalu (20/08/2016) Monumen SO
menjadi saksi perjuangan para praktisi silat tradisi untuk meneguhkan kembali
akar budaya Indonesia yaitu Pencak Silat. ± 500 pendekar dari 33 Perguruan
Silat di Yogyakarta dan diluar Yogyakarta saling bergotong-royong, bahu-membahu
membangun semangat kebersamaan, kekeluargaan dan keindahan Pencak Silat yang
dikemas dalam suatu pertunjukan seni.
Beragam aliran
silat bisa kita nikmati, mulai dari maen
poekoelan permainan khas betawi yang diwakili dari Tenabang dan Beksi,
permainan silat buhun (sunda) yang
diwakili maenpo cikalong, syahbandar,
gerak gulung budi daya, permainan silat kalimantan diwakili oleh Kuntao Patikaman, Permainan silat
madura dipresentasikan oleh Cakra-V,
Permainan silat mataraman yang diwakili oleh aliran Tejakusuman seperti Perpi
Harimurti, POPSI Bayu Manunggal, dan masih ada beberapa aliran lain dari
Yogyakarta seperti Bangau Putih, Wahyu
Sejati, Bhineka Tunggal Sakti, PSTD dan Satriatama. Ada juga aliran Setia
Hati yang diwakili oleh Persaudaraan
Rumpun Setia Hati (PRSH), SH Tunas Muda Winongo dan SH Pilangbango (PSHP), permainan silat dari dataran dieng Wonosobo
dipresentasikan oleh Krida Yudha Sinalika,
permainan silat dari lereng ungaran diwakili oleh Tunggal Dulur dan beberapa perguruan besar yang sudah kita kenal
namanya seperti Merpati Putih, Perisai
Diri, Tapak Suci, Pagar Nusa, IKS PI Kera Sakti dan Persinas ASAD pun tak ketinggalan untuk terlibat dalam kegiatan di
akhir pekan lalu. Tidak hanya dari Pencak Silat, beberapa beladiri lain pun
terlibat dalam kegiatan yang bertajuk Pencak 4 Jam kemarin seperti Capoeira, Ninjutsu, Aikido, Piper dan
tenaga dalam Asyaba.
Maenpo Cikalong sedang memeragakan permainannya |
Kegiatan Pencak
4 Jam yang diselenggarakan oleh Paseduluran Angkringan Silat (PAS), Tangtungan
Project yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota
Yogyakarta dan IPSI Kota Yogyakarta benar-benar meneguhkan keistimewaan Kota
Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu pusat budaya di Indonesia. Banyak
cerita istimewa yang terjadi dalam gelaran tersebut, diantaranya 1) kegiatan yang digelar pada titik 0
Km tersebut dapat menarik animo masyarakat Kota Yogyakarta dan wisatawan yang
sedang menikmati liburan di Kota Yogyakarta dari sore hingga malam para
penonton berjubel sambil menikmati “Angkringan” gratis yang disediakan panitia.
2) Pencak 4 Jam ibarat seperti mini
maps nya aliran silat di Indonesia, dari gelaran sabtu lusa lalu kita bisa
melihat beragam permainan seperti betawen, sunda, kuntao tanpa harus kita
mendatangi satu-satu ibaratnya seperti “one stop shopping”, 3) berkumpulnya para pendekar untuk
saling menekan egosentris perguruan dan bersama “meneguhkan” Pencak Silat
sebagai akar budaya bangsa tentu saja perlu kita berikan apresiasi
setinggi-tingginya, 4) gelaran
kemarin pun menyimpan kisah heroik perjuangan adik-adik PRSH dari MTS El-Bayan
Majenang yang harus berganti sampai dengan 3 moda transportasi dikarenakan
adanya kerusakan teknis pada bus yang akan digunakan untuk menuju Yogyakarta
hanya demi penampilan 3 menit yang sudah lama dipersiapkan,
Tapak Suci Yogyakarta sedang memeragakan aksinya |
5) dalam pagelaran yang ditunjukkan,
kita pun bisa melihat suatu “anti tesis” antar aliran silat misal permainan
unik Maenpo Cikalong yang digawangi oleh Abah Azis Asyari’e dengan permainan
syahbandar dari Bp. Bambang Kurniawan. Meskipun keduanya sama-sama
melestarikan permainan sahbandar, maenpo cikalong identik dengan menempel agar
kaidah-kaidah didalamnya dapat dilakukan (Madi, Sahbandar, Kari) sedangkan
Sahbandar yang diperagakan oleh Bp Bambang Kurniawan dengan rasa anggang atau
dengan tidak menempel atau tanpa ada kontak dari lawan. 6) berkumpulnya para tokoh masyarakat Kota Yogyakarta memberikan
tanggapan terkait kegiatan ini pun juga merupakan hal yang menarik, karena
Pencak Silat dapat menyedot perhatian beliau-beliau dan kita berharap tentunya
pemikiran-pemikiran dan kontribusi terhadap pengembangan Pencak Silat dapat
bertambah khususnya di Kota Yogyakarta. 7)
di sekitaran area Monumen SO, masing-masing membentuk lingkaran-lingkaran kecil
dimana terjadi interaksi antar pesilat untuk saling bertukar ilmu antar aliran,
tentu saja ini pemandangan yang indah dan sangat dibutuhkan kedewasaan dari
masing-masing pribadi para pendekar.
Setelah serangkaian acara pagelaran dan seremoni, akhirnya acara ditutup dengan sajian dahsyat dangdut koplo sebagai pemuncak acara, tak ayal penonton pun semakin puas dengan rangkaian kegiatan yang disajikan....Singkat cerita Jogja Istimewa...Pencak Silat (kembali)
Meneguhkan ke-Istimewaan Yogyakarta....tepat rasanya jika ada lirik dari Group
Hiphop Jogja Foundation “Jogja...Jogja...tetap
istimewa...Jogja Istimewa untuk Indonesia”
Animo Masyarakat Yogyakarta..larrrrr byasah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar