|
Panji-panji dari Berbagai Perguruan/Organisasi Pencak Silat Peserta PMF III |
“Pencak Silat Jaya....Persaudaraan
Istimewa....” pekik ribuan pendekar menggema di Bumi Mataram
Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya pada tanggal 1 Juni 2014 kemarin. Meskipun sudah
hampir 1 minggu berlalu, gelegar suara para pendekar-pendekar penggiat Pencak
Silat masih terngiang di telinga saya...Ya itulah pekik dari 5000-an pendekar
peserta Pencak Malioboro Festival (PMF)
ke III yang diselenggarakan oleh Paseduluran
Angkringan Silat (PAS) Yogyakarta. Sebuah komunitas dari para penggiat
Pencak Silat di Kota Yogyakarta, kumpulan dari beberapa perguruan dan atau
organisasi Pencak Silat di Kota Gudeg tersebut. Gelaran PMF III kali ini
diselenggarakan sejak tanggal 31 Mei s/d 1 juni 2014, diawali dengan pembukaan
dan Bazar yang di pusatkan di Pasar Ngasem, dilanjutkan dengan pelbagai acara
menarik seperti Lomba Koreografi Gerak Pencak Silat, Lomba Fotografi, Oong
Maryono award’s dan puncaknya Parade / Kirab Pencak Silat yang diikuti oleh
seluruh para peserta di sepanjang Jl. Malioboro. “SPEKTAKULERRRRRRR......” inilah satu kalimat yang menurut saya
untuk menggambarkan rangkaian acara tersebut. Kenapa??? Mari kita renungkan
sejenak...”Pencak Silat sebagai warisan
budaya asli Bangsa Indonesia, seolah-olah sudah tidak bertuan di rumah sendiri. Dari tingkat
SD sampai dengan Perguruan Tinggi, hampir semua yang kita temui kegiatan
ekstrakurikuler diisi dengan beladiri dari luar. Bahkan dengan aparat Keamanan
kita pun, sebagai olahraga beladiri wajib juga dari luar, Jong mo do misalnya. Kalau pun kita melihat
pencak silat, saat ini lebih banyak berkembang pada jenis pertandingan atau
pembibitan atlet. Berbeda halnya dengan Pencak Silat yang masih menonjolkan
tradisi nya hampir susah ditemui, kalaupun ada justru seringnya di “bully”
sebagai pemain kethoprak....” Right???
|
Bp. Djoko Sumaryono (koleksi foto : Syarif Prasetyo A) |
Gagasan
tentang adanya PMF sangat menarik, sebuah ide kreatif dan jenius yang mampu mengangkat
kembali keagungan Pencak Silat di rumah sendiri. Kegiatan-kegiatan seperti PMF
inilah yang menjadi perimbangan bagi perkembangan pencak silat di Indonesia, sekaligus
sebagai wadah pengembangan diri bagi para pesilat-pesilat yang memang mengambil
jalur “tradisi”. Paseduluran Angkringan
Silat (PAS) Ngayogyakarta sebagai suatu komunitas dapat memposisikan diri
sebagai stake holder bagi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
sebagai lembaga resmi yang paling bertanggung jawab dalam perkembangan pencak
silat di Indonesia. Pembibitan generasi muda dan mencetak atlit-atlit unggulan
yang mampu menjaga nama baik Indonesia, dalam berbagai gelaran event Pencak
Silat baik nasional, regional Asia Tenggara dan Dunia tentu sangat menyita
perhatian dari IPSI. Pada kekosongan inilah saudara-saudara dari PAS mampu hadir
dan mengisi kekosongan yang ada dengan menggelar kegiatan “Kolosal Pencak Silat”
dalam tajuk Pencak Malioboro Festival.
|
Partisipasi Pagar Nusa dalam PMF (Koleksi : Aryo Subroto) |
|
Penampilan Atraktif Garuda Jisai (Koleksi Foto : Aryo Subroto) |
|
Team KPSN ikut memeriahkan PMF |
Sebuah gelaran yang mampu menghadirkan
Pencak Silat dalam sisi yang berbeda dan dengan segala turunannya. Dimulai dari
Perguruan / Organisasi yang masih menonjolkan sisi “ketradisionalannya”, sampai
dengan perguruan yang menjadikan pernafasan dan tenaga dalam sebagai menu utama
dibanding gerak pencak itu sendiri. Pengemasan acara dalam bentuk masif dan
kolosal mampu menampilkan pencak silat sebagai kesatuan yang utuh sebagai
perwujudan cipta, rasa dan karsa. Kesuksesan
dari PAS Yogyakarta dalam menampilkan wujud pencak silat sebagai satu kesatuan
utuh, ketika berhasil meyakinkan dan mengundang organisasi/pencak silat dari
pelbagai tempat, misalnya dari Betawen, Jawa Baratan dengan diwakili dari
permainan cimande dan cikalong, Melayu diwakili dengan adanya Kuntau, Permainan
Silek Minang diwakili dari Permainan Stiralak/sterlak, Mataraman yang di
dominasi dari berbagai Perguruan yang ada di Jogjakarta, dan masih banyak yang
lainnya misalnya dari aliran Setia Hati (SH) yang saya amati dihadiri oleh 4
perwakilan yaitu SH Terate, SH Tunas Muda Winongo, Persaudaraan Rumpun Setia
Hati dan SH Pilangbango.
|
Permainan Fort De Kock PRSH (Koleksi Foto : Aryo Subroto) |
|
Abah Aziz A demonstrasi Permainan Cikalong |
Kesuksesan
PAS dalam menggelar acara ini tidak hanya mampu menampilkan Pencak Silat dalam
wujud utuh, namun juga keberhasilan mereka dalam menggandeng peranan pemerintah
dalam hal ini Pemprov Yogyakarta. Malioboro sebagai pusat wisata belanja di
Kota Yogyakarta, dikemas dalam wujud yang berbeda. Tidak hanya wisata belanja,
namun para wisatawan disuguhi dengan pagelaran event kreatif yang berbasis salah
satu warisan budaya bangsa yaitu Pencak Silat. Sekali lagi kejeniusan, para
penggagas dalam hal ini PAS Yogayakarta ketika menggelar acara ini pada
bulan-bulan yang merupakan siklus peak
seasons dalam kunjungan pariwisata di Kota Yogyakarta. Hal ini tentu
mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung bagi penambahan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta. Melihat fakta ini maka tidak heran jika
kegiatan yang diselenggarakan oleh Paseduluran Angkringan Silat (PAS)
Yogyakarta mendapat dukungan penuh dari Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku
Buwono X. Pelajaran yang bisa saya petik dari penyelenggaraan Pencak Malioboro Festival
adalah sebagai berikut :
1. Pencak
Silat sebagai warisan budaya asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai heritage (tangible maupun intangible)
ketika diolah oleh tangan-tangan kreatif maka dapat dijadikan sebagai industri
kreatif yang mampu mendatangkan PAD dan berkontribusi nyata dalam kunjungan
wisatawan baik domestik maupun mancanegara
|
Penampilan Teatrikal SH Terate Undip (Koleksi : Syarif Prasetyo A) |
2. Pencak
Silat ketika dikemas dalam wujud pertunjukan “Kolosal Pencak Silat” dapat
menunjukkan ke-khas-an nya. Keragaman aliran pencak silat dan segala turunannya
di Indonesia dengan sendirinya dapat berbicara tentang “kehebatan” seni
beladiri yang dimiliki oleh Indonesia
|
Pesilat KPSN dalam PMF III (Koleksi Foto : Aryo S) |
3. Pencak
Malioboro Festival dapat dijadikan sebagai sanggahan atas maraknya pemberitaan
miring tentang Pencak Silat, misalnya sering tawuran, bentrokan antara massa
dsb. Karena dalam gelaran ini tidak hanya melibatkan massa dalam jumlah besar,
namun juga dihadiri oleh beberapa Organisasi/Perguruan Pencak Silat yang
tentunya sangat rentan dengan gesekan, namun semuanya dapat terselenggara
dengan baik.
|
Sambung Rasa |
Sekali
lagi event Pencak Malioboro Festival
memberikan penggambaran yang sangat positif terhadap Pencak Silat. Gelaran ini
lebih mendekatkan diri kepada masyarakat tentang pengenalan pencak silat.
Terlepas dari pelbagai kekurangan teknis, kegiatan ini patut di apresiasi
setinggi-tingginya sebagai event kreatif berbasis Pencak Silat. Selamat dan
sukses untuk Paseduluran Angkringan Silat (PAS) Yogyakarta...Gerakan untuk me- “RUMAH”-
kan kembali Pencak Silat di
Indonesia tentu sangat didukung oleh Masyarakat Pencak Silat di Indonesia....
Salam.....
“Pencak Silat Jaya.....Persaudaraan
Istimewa....”