Selasa, 08 Oktober 2013

"KIBLAT PAPAT KALIMA PANCER"



Kearifan Lokal Wong Jawa yang sering Disalahartikan # Part 2

Kakang Kawah, Adi  Ari-ari....dst.” tentu kalimat itu sudah bukan sesuatu  yang asing ditelinga orang jawa. Jika mendengar kalimat tersebut pasti di benak kita langsung terlintas “Sedulur Papat” (saudara empat). Bahkan beberapa pihak pasti akan langsung menghakimi bahwa hal tersebut merupakan klenik, karena kalimat tersebut sering diartikan sebagai mantra atau nyambat (merapal) kepada kekuatan –kekuatan ghaib, yang tidak lain adalah saudara manusia itu sendiri. Apakah benar demikian?tentu kita kembalikan kepada masing-masing individu, pada kesempatan ini kita akan mencoba mengungkap pengertian Kiblat Papat (saudara empat) dari sudut pandang kasunyatan bukan gugon tuhon. Gugon Tuhon bisa dimaknai sebagai sikap yang mengikuti dengan setia dan tanpa penolakan sedikitpun. Biasanya gugon tuhon meliputi tiga hal yaitu larangan (wewaler), menyembunyikan pitutur baik tetapi tanpa alasan, penyampaian pesan dan alasan yang tidak masuk akal.1 Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan menggunakan pendekatan maknawi. Kenapa? Karena karakter orang Jawa yang terbiasa mengungkapkan melalui simbol/pralambang, seperti yang sudah disampaikan pada postingan sebelumnya (Kearifan Lokal Wong Jawa yang sering disalah artikan).
“Sedulur Papat Kalima Pancer” (saudara empat dan yang kelima sebagai pusat) oleh Orang Jawa sering dikenal dengan “saudara badan halus” yang terdiri dari Kawah (ketuban), Ari-ari (Plasenta), Getih (Darah) dan Pusar. Lantas yang kelima siapa?yang kelima adalah badan jasmani (Diri). Keempat hal tadi dikatakan saudara bagi setiap manusia, kok bisa?karena keempat hal tersebut keluar bersamaan dengan manusia ketika dilahirkan. Secara bahasa Sa – udara (satu udara) keluar dari satu lubang udara. Bahkan sejak masa kehamilan merekalah yang setia menjaga pertumbuhan janin. Merekalah saudara dari setiap manusia yang dengan setia merawat ketika masih berada didalam kandungan. Secara Ilmu Kedokteran, Ketuban, Ari-ari (Plasenta), darah dan Pusar masing-masing memiliki peranan penting ketika masih didalam kandungan dan pertumbuhan janin. Berikut fungsi dan peranan masing-masing ketika dalam menjaga si janin :
1.        Ketuban
  • Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
  • Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
  • Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara.
  • Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik.
·            Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin.
Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi2.
  • Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
  • Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir.
2.    Plasenta / Ari-Ari
Pertukaran produk-produk metabolisme dan produk gas antara peredaran darah ibu dan janin, serta produksi hormon. Hormon steroid paling penting yang diproduksi plasenta adalah estrogen dan progesteron yang konsentrasinya meningkat selama kehamilan3.

3.    Darah
Darah mempunyai fungsi yang vital, darah mempunyai peranan untuk menyalurkan darah, nutrisi dan segala kebutuhan manusia melalui pembuluh darah. Darah juga mempunyai peranan penting untuk perkembangan otak dan tulang sumsung belakang. 

4.    Pusar
Jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan fetus (janin).Fungsi dari tali pusat adalah menjaga viabilitas (kelangsungan hidup) dan memfasilitasi pertumbuhan embrio dan janin.Pembuangan senyawa sisa, serta pengangkutan oksigen, nutrisi, dan faktor pertumbuhan untuk janin berlangsung melalui tali pusat. Tali pusat tersusun dari 90% air dan terhubung dengan cakram intervertebral (80%) serta kartilago, tulang rawan sendi (95%). Setelah bayi dilahirkan, tali pusat umumnya dijepit dan dipotong kemudian dibiarkan terpapar di udara untuk pengeringan. Dalam waktu 24 jam, warna putih kebiruan dari tali pusat akan hilang dan menjadi hitam setelah beberapa hari4

 
Ilustrasi Bayi usia 8 bulan


Sudut pandang dari sisi medis ini, ternyata sudah diketahui oleh Orang Jawa sejak lama. Hal ini bisa kita ketahui dari petilan bait tembang Sunan Kalijaga5
Ana Kidung akadang premati,
Among tuwuh ing kuwasanira,
Nganakaken saciptane,
Kakang kawah puniku,
Kang rumeksa ing awak mami,
Anekakaken sedya,
Pan kuwasanipun
Adhi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah//
Ponang Getih ing Rahina Wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu-uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang

“Ada sabda tentang saudara kita yang merawat dengan sungguh-sungguh. Yang memelihara berdasarkan kekuasaannya. Apa yang dicipta terwujud. Ketuban itu, yang menjaga badan saya. Yang menyampaikan kehendak, dengan kuasanya. Dinda ari-ari itu, yang memayungi semua tindakan berdasarkan kekuasaannya / yang menyampaikan tujuan.
Sedangkan darah siang dan malam membantu Allah yang kuasa. Mewujudkan Kehendak-Nya. Pusar kekuasaannya, memperhatikan sungguh-sungguh diriku, memenuhi permintaanku. Kekuasaannya itu. Maka, lengkaplah empat saudara saya, kelimanya sebagai pusat. Sudah menjadi satu. Manunggal dengan wujudku.

Ketika proses persalinan pada wanita, maka yang akan keluar pertama adalah Ketuban, hal ini sering kita kenal dengan istilah pecah ketuban dan kemudian diikuti dengan kontraksi (His istilah medis) yang akan menyebabkan terjadinya pembukaan lubang jalan lahir, hingga si bayi akhirnya terlahir. Hal inilah yang disebut sebagai kakang (kakak) saudara tertua manusia, karena pecahnya ketuban merupakan tanda awal proses persalinan yang berfungsi untuk melicinkan jalan bayi dalam persalinan. Ketika seorang bayi lahir, maka diikuti dengan plasenta karena ini plasenta/ari-ari disebut sebagai saudara kandung kedua, kemudian diikuti dengan 2 saudara sekandung lainnya darah dan pusar (tali pusar). maka dari itu jika ada pertanyaan apakah saudara empat itu ada?jika ditinjau dari pengertian Saudara (satu udara) maka jelas adanya, bahkan secara kasat mata dapat kita lihat dengan jelas ketika didalam kandungan ataupun ketika seorang bayi terlahir.

Secara maknawi, saudara empat ini merupakan penjelasan proses terlahirnya manusia atau dengan kata lain sebagai awalan mengenai pengertian “sangkan paraning dumadi”.  Lantas bagaimana bisa keempat saudara tadi disebut sebagai penjaga manusia?bukankah keempatnya jika bayi sudah dilahirkan, menurut adat biasanya keempat hal tadi dipendam atau dihanyutkan yang berarti bagian dari organ-organ itu sudah mati, sudah tidak berguna?secara jasad jelas organ-organ tersebut sudah tidak berguna, tetapi sekali lagi kita berbicara mengenai kebiasaan orang jawa yang selalu mengungkapkan dengan lambang/ simbol. Bukan wujud fisiknya sebagai penjaga namun makna dibalik dari semua proses yang telah terlewati. Berikut gambaran dari masing-masing yang dimaksudkan :

1.        Kakang Kawah (ketuban)
Keluar dari guwagarba ibu, sebelum bayi lahir. Cairan ketuban berwarna putih bening. Dilambangkan sebagai arah timur dan berwarna putih. Seperti yang sudah dijelaskan di atas secara medis ketuban merupakan tempat yang menampung si bayi untuk tumbuh dan berkembang. Oleh Sunan Kalijaga, Kakang kawah disebut sebagai “rumeksa sedya5 yang bermakna membantu mencapai semua usaha dan keinginan. Dilambangkan sebagai arah timur karena berasal dari pemaknaan “kawitono” yang bermakna permulaan / awalan. Dari kata kawitana  ini dijadikan sebagai wetan (timur).6

2.        Adi Ari-ari (plasenta)
Keluar dari guwagarba ibu bayi setelah bayi lahir. Ari-ari berwarna kekuningan, maka ari-ari dilambangkan sebagai warna kuning dan sebagai arah barat. Ketika bayi terlahir maka dia akan keluar bersamaan dengan plasenta, ia mengantar sampai dengan tujuan yaitu terlahir dengan selamat disertai pengorbanan dirinya5. Ari-ari / plasenta disini bermakna sebagai “pengarah”  dan berusaha selalu menyenangkan manusia. Perlambangan arah barat dikarenakan dari pemaknaan “alon-alon” (pelan-pelan)6. Ketika setelah pecahnya ketuban, maka proses diawali dengan mulai membukanya lubang jalan keluar bayi secara perlahan-perlahan hingga sampai dengan siap biasanya masyarakat umum menyebutnya dengan “bukaan sanga” (pembukaan yang ke 9). Sedangkan ditinjau dari sisi medis ini dikenal dengan proses Kala I yaitu terbukanya jalan lahir dengan lebar kurang lebih 10 cm, sebagai penanda proses bayi siap dikeluarkan. Biasanya proses terbentuknya Kala I sampai dengan sempurna membutuhkan waktu kurang lebih 12-14 jam pada kehamilan pertama dan 6-10 jam pada kehamilan berikutnya7. Dari proses yang sangat lambat atau pelan (alon-alon) dilambangkan (di sanepakan : bahasa jawa) sebagai kulon (barat)6.

3.        Getih / Darah
Keluar dari guwagarba ibu waktu melahirkan, darah dilambangkan sebagai warna merah dan sebagai arah selatan. Darah mempunyai fungsi vital dalam perkembangan otak dan organ-organ penting lainnya, dalam hal ini bermakna sebagai “penguat karsamu5. Kok bisa?lihat baik-baik kalimat “siang dan malam darah membantu Allah”. Hal ini menunjukkan adanya sunnatullah dalam proses penciptaan manusia. Seorang manusia akan tercipta melalui sabdaNya “kun faya kun” namun bukan berarti akan tercipta secara langsung seperti halnya seorang tukang sulap (bim sala bim)8, namun sabdaNya akan selalu menyertai pada apa yang disabda, sehingga dengan kehendak Allah darah mempunyai peranan untuk menumbuhkembangkan janin hingga menjadi bayi. Sedangkan pemaknaan arah selatan diawali dengan pemahaman (njedul : bahasa jawa), setelah lengkap proses pembukaan pada jalan lahir bayi pada seorang ibu, maka kepala si bayi pun mulai keluar / kelihatan . Karena itu dimaknai sebagai Kidul (selatan).

4.        Pusar
Pusar merupakan pusat pertumbuhan pada janin, karena tali pusar ini berfungsi sebagai tempat penyaluran nutrisi dari Ibu. Berkaitan dengan fungsi tersebut, pusar dimaknai sebagai “nuruti panedo5 maksudnya, melalui tali pusar ini si janin mendapatkan pasokan makanan, maka dari itu pusar mempunyai fungsi untuk memenuhi permintaan si jabang bayi. Pusar dilambangkan sebagai warna hitam dan sebagai arah utara. Kenapa warna hitam??karena memang pada kenyataannya, pusar yang telah dipotong lama-kelamaan akan berwarna hitam. Pusar dimaknai sebagai perlambangan arah utara (lor:bahasa jawa). Hal ini dikarenakan, setelah mulai keluarnya kepala bayi karena dorongan dari si Ibu, maka dokter / bidan yang membantu persalinan akan membantu menarik kepala bayi agar bagian tubuhnya akan keluar semua dari lubang jalan lahir si ibu dan diikuti dengan keluarnya tali pusar yang panjang. Proses yang demikian oleh orang jawa dikenal dengan istilah ndedel-modot-molor.6 Karena tertariknya seluruh tubuh bayi dari lubang keluarnya, maka ikut tertarik juga tali pusar yang panjang yang akhirnya harus dipotong. Yang demikian dimaknai sebagai Lor (Utara).6

Ilustrasi Hubungan Hawa Nafsu (kuda) dengan telenging rasa (sais)

Dari apa yang telah disampaikan di atas, yang dimaksud dengan “saudara badan halus” bukanlah sosok ghaib atau apapun namanya, melainkan filosofi atau penggambaran dari Nafs (Hawa). Gambaran adanya empat arah dan warna merupakan filosofi dari macam-macam Nafs beserta karakternya. Al-Nafs Muthmainnah  merupakan nafsu positif, karena memiliki kecenderungan untuk tunduk pada roh suci9. Maka dari itu Muthmainnah digambarkan sebagai warna putih (ketuban). Nafsu Sufiyah digambarkan sebagai warna kuning dari plasenta/ari-ari seperti yang telah disampaikan sebelumnya, plasenta / ari-ari bermakna selalu menyenangkan. Maka dari itu karakter sufiyah cenderung untuk mengejar kenikmatan psikis contoh seks, sombong, narsis dan sebagainya9. Nafsu Amarah digambarkan sebagai warna merah, perwujudan dari makna darah. Ketika sedang marah tentu kinerja jantung akan bekerja lebih cepat, maka darah pun akan semakin mengaliri semua pembuluh darah yang ada ditubuh sehingga ekspresi manusia akan sangat terlihat dengan jelas ketika mereka sedang marah. Nafsu Lauwamah dilambangkan sebagai warna hitam yang merupakan gambaran dari pusar.  nafsu lauwamah ini cenderung terikat kepada kepuasan biologis, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.9
Jika dikatakan saudara empat (sedulur papat) akan selalu menyertai manusia apakah ini benar?tentu benar jika saudara empat tadi dimaknai sebagai nafs (hawa). Nafs akan selalu mendampingi setiap manusia sampai kapanpun. Keempat nafs ini akan selalu tarik menarik karena memang inilah kodrat manusia, karenanya dibutuhkan keseimbangan agar manusia tidak terombang-ambing dalam ikatan antar nafs. Sebagai penyeimbang dari semuanya, dibutuhkan pancer atau pusat. Maka dari itu hati manusia yang terdalam (teleng / fu’ad ; mata hati) inilah yang disebut sebagai pancer. Digambarkan hubungan antara nafs dengan hati (telenging rasa-red) ibarat seperti seorang Sais (kusir) yang mengendalikan empat kuda yang terdiri dari Kuda warna putih, Kuda warna Kuning, Kuda Warna Merah dan Kuda Warna Hitam10. Sais digambarkan sebagai fu’ad (mata hati;telenging rasa) dan keempat kuda merupakan gambaran dari nafs (hawa), Kereta digambarkan sebagai badan wadag manusia, dan Sang Penunggang Kereta digambarkan sebagai Roh. Jika keempat kuda dapat “dikendalikan” dan dijaga “keseimbangannya” tentu si sais dapat mengantarkan Sang Penunggang Kereta sampai dengan tujuan akhirNya. Sebuah logika mendasar dari perumpamaan diatas, kereta tentunya akan mengikuti kemanapun dia ditarik oleh kuda sebagai penarik/penggerak. Itulah gambaran sejati dari badan wadag manusia yang penuh dengan nafsu, angan-angan dan keinginan (watak ala; sifat jelek). Oleh karena itu kita diminta untuk mesu budi, manekung, sembahyang, sholat atau apapun namanya yang pada intinya merupakan latihan olah rasa, untuk menemukan si sais (telenging roso/fu’ad), suatu tempat yang penuh Nur Illahiah. Perpaduan antara Roh Suci yang pada dasarnya merupakan Nur Muhammad (watak kang becik: sifat baik dan penuh kemuliaan) dengan “Kelihaian” Hati (teleng ; fu’ad) dalam mengendalikan hawa nafsu, akan menghasilkan insan-insan yang berbudi luhur, yang tercermin dalam sikap dan perbuatannya. Hal ini dikenal dengan istilah Sikap Batin tercermin dalam sikap lahir, Sikap Lahir luruh dalam Sikap Batin


Ilustrasi Hawa Nafsu yang tidak terkontrol (watak ala)
Namun sebaliknya, jika hati seorang manusia tidak “sehat” dan bersikap sembrono (ora eling lan waspada) maka yang terjadi “keempat Kuda” akan menjadi liar (mbedhal:bahasa jawa) menerjang kesusilaan yang pada dasarnya ada pada Hati manusia.10 Watak yang ada pada Roh Suci dapat tertutup dengan besarnya hawa nafsu yang tak terkendali, hati menjadi gelap dan pada akhirnya melanggar seluruh aturan-aturan (angger-angger) tentang kebajikan, kesusilaan, dan keadilan. 

Dengan demikian konsep Kiblat Papat Kalimo Pancer apakah masih dianggap klenik???monggo dipunpenggalih piyambak-piyambak..tetapi yang pasti konsep ajaran Kiblat Papat Kalima Pancer merupakan ajaran luhur wong Jawa. Ajaran yang sangat realistis, ajaran ngelmu kasampurnan yang didasari ngelmu kasunyatan bukan karena gugon tuhon

Rahayu Sagung Dumadi...Rahayu Langgeng Bawana... Salam Budaya.

Pustaka :
1.  http://iwanmuljono.blogspot.com/2011/12/gugon-tuhon.html
4.  http://id.wikipedia.org/wiki/Tali_pusat
5. Chodjim, Achmad; 2003; Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga; Saudara Empat; 98-102; Serambi; Jakarta
6.  http://liursendawa.blogspot.com/2011/11/dumadine-kiblat-4-limo-pacer.html
7.  http://bidanku.com/tahapan-proses-persalinan
8.  Wejangan Bp. Drs. Mochammad Ngemron, MS.Psi.
9.  http://sabdalangit.wordpress/wirid-purba-jati
10.Mertowardojo, Soenarto;1998; Bawa Raos Ing Salebeting Raos; 49; Paguyuban Esti Tunggal; Jakarta

Rabu, 02 Oktober 2013

Meditasi / Samadi ala Sunan Kalijaga



“Kang Sinedya tinekan Hyang Widhi,
Kang kinarsan dumadakan kena,
Tur  sinisihan Pangerane,
Nadyan tan weruh iku,
Lamun nedya muja samadi,
Sesaji ing sagara
Dadya ngumbareku
Dumadi sarira tunggal
Tunggal jati swara awor ing hartati
Aran sekar jampina”

“Yang diinginkan dikabulkan oleh Tuhan. Yang dikehendaki tiba-tiba didapat, dan dikasihi oleh Tuhan. Meskipun dia tidak tahu. Akan tetapi, ketika dia hendak melakukan puja samadi, dia memberi sajian di laut. Jadilah mengembara itu, untuk menjadi satu diri. Satu kesejatian, suara yang ada dalam Hartati. Itulah yang disebut bunga jampina.”
Bait diatas merupakan salah satu kidung Sunan Kalijaga yang mengajarkan meditasi untuk manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Bait di atas memberikan tuntunan bagi orang yang hendak bermeditasi. Ternyata melakukan meditasi tidak sama dengan olahraga pernapasan. Kalau olah raga yang diperhatikan hanya badan jasmani ini, tetapi dalam meditasi ada daya upaya, usaha, untuk meningkatkan kesempurnaan spiritual.
Pertama, bagi yang hendak melakukan samadi harus melakuan “sasaji ing sagara”, yaitu mengutamakan peranan kalbu. Sagara atau lautan dalam pandangan Jawa merupakan lambang bagi hati atau kalbu. Harus bisa mengendalikan hati sehingga pengembaraan perasaan, pikiran dan permana menjadi satu. Benar-benar menyatu dengan suara di dalam “Hartati”. Yaitu, didalam satu kehendak yang kuat untuk menyingkirkan dorongan hawa nafsu dalam samadi. Perlu diingat, hidup kita sekarang laksana orang yang baru meninggalkan Betal Mukadas. Kita tinggalkan rumah suci tersebut dengan menggunakan raga. Maka, didalam samadi semuanya yaitu perasaan, pikiran, napas dan suara zikir-kita gulung menjadi satu didalam Hartati yang ada di Betal Mukadas tempat kita berada sebelum lahir di dunia.
Dalam bahasa makrifat, puja samadi itu ditujukan untuk mengosongkan hati dari yang selain Allah, atau Gusti Dzat Maulana. Hasrat yang ada di hati lenyap. Pikiran sudah diam, tak mengembara lagi. Senyap dari ilusi, suara napas sendiri pun tak terdengar. Suara batin tatkala kita lantunkan dalam berzikir menghilang. Hanya ada cahaya keheningan. Dalam kondisi demikian, hanya Tuhan yang bisa masuk.
“ah...jangan-jangan itu suara setan terkutuk untuk menggoda kita. Jangan-jangan itu bisikan iblis yang menyelinap di dalam hati”
Setan, Iblis, lusifer atau apapun nama dan jenisnya tidak bisa masuk dalam rumah Tuhan. Rumah yang telah disucikan dari segala kotoran, najis dan hadas. Bukankah perasaan telah sirna?Perasaan iri, dengki, cemburu, dan marah telah terusir. Monyet-monyet pikiran yang biasa mengembara kemana-mana, telah diam dan tertidur nyenyak. Suara napas yang diperhatikan dalam tahap-tahap awal zikir, makin lama makin pelan kedengarannya dan akhirnya lenyap. Hasrat hati dan birahi sudah sirna, angan-anganpun telah tiada. Tak ada lagi sarana dan wahana bagi iblis untuk masuk ke dalam hati yang suci. Hanya Kuasa Tuhan yang dinanti!!!
Keadaan zikir(meditasi-red) yang begitu heneng dan hening, diam dan jernih, tanpa ada usikan sesuatu pun, dinamakan “Sekar Jampina”, kembang Jampina. Secara literal tanaman bunga jampina termasuk jenis bunga-bungaan berumbi dan umbinya bisa digunakan untuk obat. Sehingga keadaan samadi di atas bisa disebut sebagai kondisi yang selalu menyembuhkan. Artinya tidak ada penyakit hati lagi, tetapi jempina juga merupakan perpaduan tiga kata yang masing-masing terdiri dari satu suku kata, yaitu Jem, Pi dan Na. Jem berarti tenang, tenteram. Pi berhati sunyi, sepi, sembunyi. Sedangkan Na artinya diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan, dan hasilnya perasaan tenang dan tenteram. Kata-kata tersebut merupakan kosakata Jawa Kawi. Dengan demikian puncak dari zikir (meditasi-red) adalah kondisi yang diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan dan hasilnya perasaan tenang dan tenteram.
Kedua, samadi merupakan cara untuk membersihkan diri. Hal ini diungkapkan oleh Sunan Kalijaga pada bait ke-5 dalam Kidung Sukma Wedha sebagai berikut :
somahira ingkan penjari/milu urip lawan milu pejah/tan pisah ing saparane/paripurna satuhu/anirmala waluya jati/kena ing kene kana/ ing wusananipun ajejuluk adisukma/cahya ening jumeneng aneng Hartati/anom tan kena tuwa.”
“pasanganmu dinamakan Penjari/ikut hidup dan mati/tidak pernah berpisah dimanapun kamu berada/benar-benar sempurna/selamat bebas dari gangguan/dimana saja berada/yang akhirnya dinamakan adisukma/cahaya hening yang tinggal di Hartati/selalu muda tak tersentuh ketuaan.”
Pasangan (istri-red) dari Sukma Sejati (Diri Sejati) dinamakan “penjari”. Kata “penjari” berasal dari tiga kata yang bersuku tunggal pen, ja dan ri. Kata “pen” artinya  sembunyi atau rasa. Sedangkan “ja” artinya keluar dan “ri” bermakna literal duri. Dalam arti kiasan ri bermakna tajam. Nah di dalam manusia ada “rasa”. Dan ada sesuatu yang keluar dari rasa dan amat tajam bagi kehidupan, yaitu angan-angan dan keinginan. Angan-angan dan keinginan ini muncul setiap saat. Ia muncul ketika diam atau bergerak.
Ternyata dalam hidup ini, angan-angan dan keinginan merupakan pasangan hidup Diri Sejati kita. (Pasangan setia). Ia senantiasa mengikuti Sang Diri, baik dalam hidup ini maupun setelah mati. Ia tak mau berpisah dimana saja Sang Diri Berada. Ketika kita masih hidup di dunia ini, angan-angan dan keinginan menggunakan badan jasmani untuk bertindak. Kenikmatan dari luar yang diterima oleh badan jasmani ini akan menggerakkan angan-angan dan keinginan yang lebih besar.
Bagaimana keadaan angan-angan dan keinginan setelah manusianya mati?apa masih eksis?tentu saja tetap ada.Angan-angan dan keinginan itu laksana pakaian dalam kita. Meski pakaian luar sudah ditanggalkan, pakaian dalam tetap melekat ketika kita tidur. Angan – angan dan keinginan tak akan pernah sirna. Ia merupakan bagian dari “hidup”. Bukankah hidup tak pernah mati?Yang bisa mengalami mati hanyalah badan jasmani. Sukma Jati atau Diri Sejati tidak mati. Ia hanya hinggap dari raga ke raga. Kalau sudah menyelesaikan tugasnya sebagai Khalifah, ya kembali kepada-Nya, kembali ke Hadirat-Nya. Alam kedamaian puncak!!
Bila angan-angan dan keinginan itu dituruti terus-menerus, maka ia semakin lengket pada Sang Sukma Jati. Sulit untuk ditanggalkan, meskipun badan jasmani sudah mati, tapi ia tetap melekat pada Sang Diri. Seperti halnya di Bumi, kalau ia sekarang menyesatkan, maka setelah matipun menyesatkan. Bahkan menyebabkan Sang Sukma lebih tersesat lagi (QS Al-Isra’ [17];72 “Barangsiapa yang buta mata hatinya didunia ini, maka ia akan lebih buta lagi di hari nanti, bahkan akan semakin jauh dari jalan yang benar.”)
Samadi, meditasi atau zikir merupakan cara membersihkan diri dari tipuan angan-angan dan keinginan, dan cara untuk menimbulkan “Amal Saleh”. Apa amal saleh?yaitu segenap perbuatan dan tindakan yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Perbuatan lebih terkait dengan aktivitas batin manusia, misalnya cinta, benci, ketulusan dan lain-lain sedangkan tindakan terkait dengan amalan lahiriah manusia. Selama samadi / meditasi angan-angan dan keinginan benar-benar dikubur, dikosongkan!agar firman Tuhan yang tanpa suara dan kata itu yang terekam. Bersemilah benih cinta dan kerinduan untuk berbuat kebajikan. Kemudian secara lahiriah kebajikan itu dibuktikan dengan budi pekerti yang makruf. Budi Pekerti yang jelas diakui kebaikannya oleh masyarakat luas.
Ketiga, bila zikir yang dilakukan telah sempurna benar-benar angan-angan, pikiran dan ilusi telah lenyap maka batin sang pezikir selamat sentosa. Dia terbebas dari segala macam gangguan batin. Kecemasan dan kekhawatiran telah lenyap, tak ada lagi tempat bagi ketakutan. Di mana-mana sama saja, yang ada ketenangan dalam hidup.

Ditulis ulang dari Buku “Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga”, Achmad Chodjim;Meditasi dan Kontemplasi;172-178.